Jumat, 20 Juli 2007

Untuk Ibu

09_06_2007_Dari waktu yang sempat terlupa

Kekasih! Inilah ibuku (Umi)

Ada rasa perih yang teramat sesaat aku sampai dipelataran kampus, ada gemertak khawatir ketika aku berbalik selangkah lalu membiarkanmu sendiri didekap gigil, padahal aku tahu, aku yakin kau sangat menginginkanku, kau sangat membutuhkanku, aku ingat kondisi tubuhmu yang sedang meringis, yang sedang kelu. Aku ingin mnangis kekasih karena telah meningalkanmu sendirim, menyetubuhi malam dengan pesakitan, apalagi kau mengidap susah tidur sedangkan aku tak disisimu untuk membelaimu pengantar kealam lain.

Kekasih beberapa hari ini aku selalu mengadu kepadamu tentang kegelisahan-kegelisahan yang sedang, dan selalu aku peranjingkan, aku bilang aku ingin ini-itu, sebagainya-sebagainya, setidaklnya sedikit beringas menghadapi kehidupan. Tapi aku selalu luluh, sedikit keberanian itu luntur, sedikit kuundur, dan akhirnya lebur. Lagi-lagi seperti itu karena aku selalu saja teringat ibuku. Aku terjegal fakir dengan sejarah ibuku yang pernah sakit cukup lama dan terlihat sangat membuatnya tersiksa.

Aku sudah berucap kepadamu kekasih, aku selama ini kurang memperhatikan kata-katanya, taksedetikpun memikirakan perasaanya. Maka aku takut, jika aku lantas buas itu bisa membuatnya kembali terusik dengan setan penyakit Insomenia yang itu-itu lagi. Entah kenapa kekasih sedari malam lalu, atau barangkali beberapa hari lalu, aku teramat cemas dengan ketajmenentuan yang sebenarnya belum tejawab, tapi dalam cemasku yang bermuka tanya itu aku selalu teringat ibuku, entah kenapa. Akhiranya aku memutuskan akan pulang untuk usaikan penasaran. Walau sebenaranya aku juga teramat berat dan tak sanggup meninggalkanmu sendiri. Sungguh aku tak sanggup.

Kekasih, sesaat aku tiaba digerbang rumahku ada sayupan suara yang sedikit tak biasa ku dengarkan, tapi sepetinya itu berasal dari kamarku. Aku dengan cepat dekati suara itu dan ternyata itu lantunan bacaan quran yang berasal dari computerku. Ada yang aneh, karena tak biasanya keluargaku memutar keras-keras lagu-lagu walupun itu alquran digital, apalagi dimalam hari. Ternyata adiku yang sedang memutarkanya, aku sedikit menegurnya dan ia pun menjawab ibu yang mendengarkanya. Aku langsung berjalan ketengah rumah untuk temui ibuku. Lalu aku melihat ibuku lemas terkapar diatas kursi, dia menyambutku dengan wajah pucat dan suara serak rendah lemas. “Fal Umi teu bisa sare deui” aku benar benar sontak mendengarnya karena kecemasanku terjawab benar. Ternyata terjadi sesuaatu dengan ibuku. Rautnya begitu lusuh dan koyak, seakan berserak gelisah, ia berkata dengan sedikit irama sendu, katanya sudah beberapa hari ini ia tak dapat terlelap, jika bisa hanya sekejap itu pun dengan susah dan selalu (lelenyapan). Ditambah lagi ia bebrapa hari tak makan, jika satu,dau suap saja masuk kemulut ia selalu muntahkan lagi, daia bilang sudah kedokter lagi dua kali dia dianjurakn memmakan obat , tapi tetap saja ia tak dapt tidur, ia hanya bisa tergeletak tak menentu, sedikit meratap dan ia bilang ingin menagis, ia tak mau sakitnya yang belum sembuh benar dulu kambuh lagi.

Kekasih, Aku tak mau melihat-Nya kembali mengidap Insomenia, barankali belasan tahun tak bisa tidur sudah teramat hebat dan perlu kesabaran sangat untuk membuatnya bertahan dalam ketersiksaan. Sakit hatiku kekasih, teramat sakit melihat kondisi ibuku yang terus menerus sepeti itu, luka apalagi yang mesti ia kunyah, keringat seperti apalagi yang mesti ia kucurkan. Setelah deraan demi deraan menari-nari datang dan pergi mencambuknya sedari kecil. Muda dan terhina, tua lantas tersiksa, walupun aku sempat bahagia melihatnya bersahabat dengan senyuman dan keceriaan, barang sedikit, aku bahagia melihatnya terlelap disiang hari dan mengorok dimalam hari, sedikit berkarya dengan menjadi pengajar, walau mesti bercucur keringat dan upah yang sangat minim, membesarakan keenam anaknya yang masa-masanya memusingkan, aku benar-benar bahagia melihatnhya tertawa, benar benar bahagia.

Tapi kini ia harus berjuang melawan penyakitnya lagi, jangan kan dengan kantuk uapan dimulutnya saja sulit ia rasakan, ia lewati malam dengan mata ter pejam namun hati terbelalak, tak dapat jamah mimpi-mimpi indah, karena penyakit sialan itu datang lagi. Tapi aku harap itu tak lama sungguh tak lama. Agar ia bisa bugar dipagi hari sekedar menyambutku untuk melaksanakan solat dan menyediakan saran untuku keluargamu dalam kondisi baik–baik saja. Semoga, semoga, semoga saja!!!!

Terlelapah ibu (umi) ku, terlelaplah ibu
Belai aku dimimpimu, belai aku di mimpimu
Kecup keningku ibu (umi) dimimpimu
Karena entah kapan aku dapat kembali mendekap tubuhmu,
terkulai dipangkuanmu dalam keseharian nyata.

10_06_2007._00:58_Masih tentang Ibuku

Ada kerinduan yang Henyak di tubuh ini, jika waktu yang telah lewat bagiku terlampau siang untuk bertemu kau, tak banyak kesempatan kita bercakap dan saling sapa, karena saat itu kita harus sedikit berbeda tema dan saling berjauhan. Hingga pertemuan itu usai, aku tak juga dapat berdua denganmu. Barangkali untuk sedikit menanyakan apa yang kau alami tadi malam, atau tentang kondisimu yang sedikit gelisah siang tadi.

Kekasih! tak seperti biasanya, aku harus meninggalkanmu sesegera, aku hanya sempat mengantarkanmu ketempat pelarian yang sederhana itu, lantas akupun harus pulang. Kau pun tahu kekasih! kenapa aku sampai demikian. Tapi selepas aku beranjak, ada riakan sesal dihati ini, Mengapa aku mesti luput mengecup keningmu. hanya untuk siratkan selamat tidur, dan semoga mimpi indah karena aku kembali tak bisa menemani menikam sunyi. Maaf kekasih teramat sesal penuh maaf aku tak bersamamu saat kau sangat membutuhkanku, merindukanku, inginkan agar aku disampingmu. Maaf, Maaf, Maaf teramat Maaf.

Oh Iya! Kekasih sesampai aku di rumah, aku lihat ibuku yang sedang terbaring diatas tempat tidur, bersama ke dua adik perempuanku yang memeluknya sembari tertidur pula dan mereka dihangati selimut. Kekasih mulut ibuku sedikit terbuka, ada suara desis, dan ngorok keluar dari hidung dan mulutnya, barangkali itu tandanya ia terlelap, ia terlihat sangat lemas aku tak tahu entah apa yang sedang ia mimpikan. Semoga saja mimpi yang indah.

Kekasihku! sebenarnya sedari perjalanan ragaku ini serasa remuk, sesekali terasa mual di perutku, jika saja tak kutahan dan sedikit bercakap dengan teman itu, barangkali aku sudah muntah di kendaraan, aku benar-benar pusing, urat kepalaku berdenyut--denyut angin malam yang liar itu rasanya sedikit demi sedikit mengelitik paru-paru, rasanya gatal sekaligus gigil. Tak terasa di perjalan setapak menuju rumah, beberapa kali aku muntahkan makanan yang telah masuk usus, aku sungguh mual. Setibanya dirumah rasanya semua itu sirna. Barangkali karena menyaksikan Ibuku terlelap menjadi obat paling mujarab bagiku, aku serasa bugar dan kekar, mual yang tadi lindap di ruang perutku serentak lenyap. Aku girang, aku riang, bergegas aku Tanya adiku yang sedang focus dengan main PS. Sedari kapan ia tidur, katanya cukup lama. Walau terkedang ia harus sontak terbangun lau sulit memejamkan kembali mataya. Tapi sampai saat ini aku belum mendengar lenguhan suaranya. Semoga Setidaknya hingga subuh nanti ia seprti itu, agar pagi ia dapat sediakan ada rona kecerahan di wajahnya, dan sempat buatkan sarapan bagi keluarganya. Aku gembira melihat ibuku bisa tidur lagi. Walau tetap saja, ia harus meneguk beberapa pil pelelap.

Kekasih! tapi aku kira kecemasanku belum juga usai. Aku teringat kamu, aku inginkan kamu. Apa yang sedang Lakukan disana kekasih? Apa yang sedang kau pikirkan, rasa apa yang bergemuruh dihatimu saat merasa dalam kesendirian. Bagaimana dengan penyakitmu kekasih, apakah kembali menyiksamu? Deritqa apa yang merajahmu, ketika Ibumu sedang tak di kota ini dan kau tak merasa lagi milki rumah.

Aku sungguh teringat kamu kekasih, sudahkah kau terlelap disana ? sudahkah kau bermimpi ketika angin malam yang sangat dingin meruang di pembaringanmu, sedang fisikmu tak seutuhnya bugar dan segar, aku teramat menghawatirkanmu.

Usai sudah tengah malam, tiba tiba aku dengar suara denting dari Hp ku, lantas ku buka ternyata itu darimu, aku penasaran karena tandanya selarut ini kau belum juga memejamkan mata, bergegas aku menghubungimu, ternyata benar kau belum tidur, malah suaramu terdengar keras, dari sana aku bisa merasakan betapa Hingarnya suasana. Aku ingat ini Malam Minggu biasanya kampus kita tak pernah sepi, ditambah sura latar yang penuh bahakan suara teman, aku benar-benar lega kau tak sendiri menatap malan ini, ada mereka yang menemanimu. Walu tanpa aku, mudah-mudahan kau tak berdusta padaku tentang kondisi ragamu malam ini, mesti aku sebenarnya cukup khawatir tentang kulit mukamu yang selalu gatal, kekasih! Barangkali malam ini gelisahku sedikit lebur, karena dua orang yang teramat kusayangi tak dalam kondisi semencekam yang kusangka.

Kekasih! Habiskanlah malam ini dengan tawa, lelucon, celotehan-celotehan tolol yang bisa membuatmu senang, riang. Hingga rasa kantuk ada, dan kau terkulai dengan tenang.
Aku Rindu Kamu!

Tidak ada komentar: